Ansor Ancab Taman

Ansor Ancab Taman

Minggu, 09 Oktober 2016

MUSLIM MODERAT ASWAJA DIANGGAP SATU-SATUNYA FIRQAH NAJIYAH (TIDAK MELENCENG) KARENA MODERASINYA.


Oleh : Kyai Baidlowi Mufti - Ngelom

Mengapa tidak dibuat judul Islam Moderat? karena memang tidak ada istilah itu, dan tidak ada pula Islam Garis Keras, Islam Eksklusif, atau sejenisnya. Yang ada hanyalah Islam tanpa kata terkait. Adapun judul di atas lebih pas untuk menunjukkan bukanlah Islam yang disifati moderat, melainkan pemeluknya. Hebatnya, muslim moderat itu ditekankan dalam sebuah ayat yang dilatari dengan hitungan angka yang luar biasa. 

Surah Al Baqarah terdiri dari 286 ayat. Apabila angka bagian depan dalam bilangan itu dibuang menjadi 86, maka menunjukkan jumlah surah dalam Al Qur'an yang turun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah, dan kemudian dikenal dengan Surah Makkiyah. Sebaliknya, apabila angka bagian belakangnya dibuang menjadi 28, maka menunjukkan jumlah surah yang turun sesudah Nabi berhijrah ke Madinah, kemudian dikenal dengan Surah Madaniyah. Berikutnya, jika kedua bilangan itu dijumlahkan : 28 + 86 = 114, maka menunjukkan jumlah surah dalam Al Qur'an secara keseluruhan. Lebih lanjut, apabila 286 dibagi 2 menjadi 143, maka menunjukkan nomor ayat pertengahan dalam QS Al Baqarah. Ada apa dengan ayat 143 itu?

Ayat itulah yang berbicara tentang Muslim Moderat :

"و كذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس و يكون الرسول عليكم شهيدا" - اﻵية .
"Dan demikian pula Kami jadikan kamu (hai umat Islam) sebagai umat yang adil dan pilihan, supaya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan supaya Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."

Syekh Musthafa Al Maraghi dalam kitab tafsirnya Juz II Halaman 6 menjelaskan bahwa umat yang adil dan pilihan itu adalah "umat yang berpola pikir dan menampilkan prilaku keberagamaan yang tengah-tengah/moderat (توسط / وسطا), tidak berlebihan (إفراط = ekstrimis-maksimalis) dan tidak berkurangan (تفريط = ekstrimis-minimalis)".

Ada sebuah kitab karya Imam Al Ghazali yang pada tahun 1985-an dibacakan oleh K.H. Ahmad Shiddiq (rahimahullah) dalam pengajian rutin dua bulanan di kantor PWNU Jatim di Jln. Raya Darmo Surabaya. Kata beliau, kitab ini berjudul "سراج الطالبين و عمدة السالكين", tetapi ketika saya mau membelinya di Ampel, sudah berkali-kali tidak saya temukan. Karena itu, dalam postingan ini saya hanya memaparkan hasil simakan saya langsung dari pengajian beliau.

Kata beliau, dalam kitab ini ditegaskan bahwa ASWAJA satu-satunya فرقة ناجية (golongan yang selamat = tidak melenceng) karena bercirikan tawassuth (moderat = mengambil jalan tengah di antara tiga pasang aliran yang berlawanan :

1. An Nashbu (النصب); yaitu aliran yang tidak mengakui semua khalifah/pimpinan, termasuk 4 orang Khulafaur Rasyidin. Jargon mereka : ﻻ حاكم إﻻ الله (tidak ada pimpinan yang sah dan patut dipatuhi kecuali hanya Allah). Aliran inilah yang dikenal dengan خوارج (Khawarij = sempalan/sparatis). Mereka menjustifikasi keempat Khulafaur Rasyidin dan siapapun yang tidak sepaham sebagai kafir dan halal dibunuh, hatta 'Ali bin Abi Thalib lantaran divonis kafir maka dibunuh oleh seorang algojo Khawarij, Abdullah bin Muljam sewaktu beliau dalam perjalanan menuju masjid Kufah untuk mengimami shalat Shubuh. Jika sekarang penganut aliran ini dianggap sudah punah, tetapi nyatanya tidak sedikit kelompok yang kerasukan terorismenya seperti Al Qaedah, ISIS, Boko Haram, An Nushrah, dan tentunya termasuk juga Wahabi yang sekarang ini tidak mau lagi disebut nama aslinya tapi justru menamakan diri Salafi. Oleh karena bercirikan takfiri (suka mengafirkan pihak lain yang beda paham), maka ulama sepakat menjustifikasinya sebagai Neo Khawarij. 

Sebagai aliran lawannya adalah Ar Rafdlu (الرفض), yakni aliran yang hanya mengakui kekhalifahan Ali beserta imam-imam dari kalangan keturunan beliau. Berawal dari sebuah aliran politik, tetapi kemudian merembet ke soal Aqidah, yaitu menjustifikasi 3 orang Khulafaur Rasyidin selain Ali, termasuk juga Sayidatina 'Aisyah beserta semua Sahabat yang terlibat dalam Majelis Tahkim (arbitrase) sebagai pelaku dosa besar dan masuk neraka. Aliran inilah yang dikenal dengan شيعة (Syi'ah = pendukung Ali, tetapi Sayidina Ali tidak tahu menahu tentang aliran ini). 

Ada lagi pihak ketiga yang dipelopori Abdullah bin Umar, mula-mula maunya berpolitik netral di antara kedua aliran tersebut di atas, tetapi pasca wafatnya Ibnu Umar merembet ke soal Aqidah, sehingga aliran ini dikenal dengan مرجئة (Murji-ah = berdosa atau tidak, terserah Allah), di antara doktrinnya :
ﻻ تضر مع اﻹيمان معصية
"Asalkan beriman, no problem berbuat maksiat."

Nah, di antara sepasang aliran pertama beserta pihak ketiganya tersebut di atas, maka ASWAJA mengambil jalan tengah (tawassuth) sebagai berikut :
a) Keseluruhan Sahabat, termasuk yang terlibat dalam pertentangan politik adalah generasi yang paling baik sebagaimana pernah ditegaskan sendiri oleh Rasulullah SAW.
b) Keseluruhan khalifah / pimpinan umat Islam adalah legal, wajib ditaati, dan baik pro maupun kontra tidak boleh dikudeta. Malah kudeta itu merupakan cirikhas/karakteristik KHAWARIJ.
c) Tidak diperbolehkan mengafirkan semua orang yang berkiblat pada Ka'bah.
d) Meskipun berdosa besar tetap mukmin, tetapi dituntut bertobat.

2. At Tasybih dan At Tajsim (التشبيه والتجسيم); yaitu aliran personifisme dan antropomorfisme, artinya menyifati Allah serupa dengan sifat-sifat manusia. Aliran ini dikenal dengan مجسمة \ مشبهة (Musyabbihah/Mujassimah). 

Sebagai aliran lawannya adalah At Ta'thil (التعطيل), artinya menafikan sifat apapun bagi Allah dengan alasan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Qadim, mana mungkin bisa diberi sifat-sifat yang umumnya حادث (bukan Qadim). Aliran ini dikenal dengan معتزلة (Mu'tazilah = memencilkan diri), di antara ciri-cirinya adalah ekstrimis-rasionalis (mengunggulkan dalil Aqli di atas dalil Naqli). Sampai-sampai orang mukmin yang berdosa besar dijustifikasi bukan kafir dan bukan mukmin, yang dalam ajarannya diistilahkan dengan منزلة بين المنزلتين (suatu tempat di antara dua tempat).

Nah, di antara sepasang aliran kedua tersebut di atas, maka ASWAJA mengambil jalan tengah (tawassuth) yaitu menyifati Allah tidak serupa dengan sifat-sifat makhluk sebagaimana firman Allah : 

ليس كمثله شيء و هو السميع البصير (الشورى : ١١)
"Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Melihat." 

3. Al Qadr (القدر), yaitu aliran yang menganggap manusia serba potensial tanpa adanya intervensi dari Allah. Aliran ini dikenal dengan قدرية (Qadriyah/Qadariyah = determinisme). Di antara doktrinnya :
الكسب و المشيئة من العبد
"Usaha dan kehendak (untuk sukses atau gagal) merupakan hak dan potensi manusia."

Aliran lawannya adalah Al Jabr (الجبر), yakni aliran yang menganggap manusia tidak punya potensi, sehingga ia tidak usah berusaha tetapi cukup pasrah pada nasib. Aliran ini dikenal dengan جبرية (Jabriyah/Jabariyah = indeterminisme). Di antara doktrinnya :
الكسب و المشيئة من المولى
"Usaha dan kehendak (untuk sukses dan gagal) merupakan hak prerogatif Allah."

Nah, di antara sepasang aliran ketiga tersebut di atas, ASWAJA mengambil jalan tengah (tawssuth) dengan mendoktrinkan :
الكسب من العبد ، و المشيئة من المولى
"Usaha itu merupakan hak dan potensi manusia, tetapi kehendak untuk sukses dan gagal sepenuhnya hak prerogatif Allah."

MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN !!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar